Pada hakekatnya manusia
mengaharapkan kebaikan dan kebahagia, tidak ada manusia yang dilahirkan dimuka
bumi ini kemudia berangan-angan ingin menjadi orang sengsara, sakit-sakitan,
miski, dan tersiksa disunia dan akherat semua pasti berharap kebahagian dunia
dan akherat.
Kalau kita cermati, sebagai
seorang muslim yang menjalani kehidupan yang sementara di dunia ini, ada
beberapa aral yang melintang dihadapan kita yang menjadi penghalang bagi kita
untuk menapaki fitrah kita yang suci. Kalau kita tidak waspada,
perintang-perintang ini akan menggerogoti dan mengikis habis iman kita atau
paling tidak akan membuat iman kita menjadi labil, keruh dan tidak murni lagi
akibat noda-noda dan racun yang ditebarkannya. Perintang-perintang ini sangat
beragam dan banyak sekali, namun menurut Imam Ibnu Abi ‘Izz Al-Hanafi
kesemuanya itu bermuara pada dua hal yaitu: “Syubhat dan Syahwat”. (Lihat Syarh
Aqidah Thahawiyah, Ibnu Abi ‘Izz Al-Hanafi, hal: 339).
Perintang yang pertama adalah Fitnah Syubhat Menurut Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah penyebab fitnah ini adalah lantaran lemahnya iman seseorang dan sedikitnya ilmu yang dimilikinya disamping niat yang rusak dan gelora mengikuti hawa nafsu yang membara dalam jiwanya. (Ighatsatul Lahfan 2/584).
Perintang yang pertama adalah Fitnah Syubhat Menurut Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah penyebab fitnah ini adalah lantaran lemahnya iman seseorang dan sedikitnya ilmu yang dimilikinya disamping niat yang rusak dan gelora mengikuti hawa nafsu yang membara dalam jiwanya. (Ighatsatul Lahfan 2/584).
Fitnah
ini lebih berbahaya jika dibandingkan dengan fitnah syahwat, karena fitnah ini
dikemas oleh penebar-penebarnya dengan nama Islam, berlabelkan syari’at dan
menggunakan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk mengukuhkan dan
membuat orang tertarik, terpukau dan terpesona dengan lontaran-lontaran
pemikiran yang mereka gulirkan hingga merekapun akhirnya tidak segan-segan
untuk mengikuti alur pemikiran yang menyimpang tersebut.
Fitnah
Syubhat ini meliputi berbagai bidang garap, di antaranya: Yang pertama; bidang
aqidah. Aqidah merupakan sumber kekuatan keimanan seorang muslim. Dari kekuatan
aqidah inilah akan muncul semangat dalam jiwa seseorang untuk mengaplikasikan
bentuk-bentuk ibadah yang disyari’atkan Allah kepada manusia. Oleh karenanya
kemurnian aqidah merupakan hal yang sangat menentukan bagi diterima atau
tidaknya suatu amal.
Allah
tidak akan menerima amal seseorang yang aqidahnya menyimpang karena terkena
fitnah syubhat dan di antara contoh fitnah syubhat yang paling berbahaya di
bidang aqidah adalah fitnah kemusyrikan
Memang, nampaknya secara langsung
kita tidak mendapatkan ada seorang muslim yang nyata-nyata menyembah berhala,
sujud kepada patung, atau menyembah pohon dan batu besar yang dianggap keramat.
Namun, ada beberapa fenomena yang secara sekilas tampaknya tidak menyimpang,
akan tetapi pada hakekatnya hal itu hukumnya sama seperti menyembah patung,
dalam arti termasuk perbuatan syirik, seperti mengakui adanya kekuatan lain
selain Allah, mengganti hukum Allah dengan hukum buatan manusia, memasang
sesaji, jimat dan mempercayai seseorang yang mengaku memiliki ilmu ghaib serta
mengkultuskan para hamba-hamba Allah yang shalih. Semua ini mengakibatkan
rusaknya tauhid dan aqidah kita lantaran syubhat-syubhat tersebut.
Sisi lain yang termasuk dalam
fitnah syubhat dibidang aqidah adalah menjamurnya aliran-aliran keagamaan yang
menyimpang dari aqidah yang benar, seperti Mu’tazilah, Khawarij, Syi’ah,
Qadariyah, Jabariyah, Jahmiyah dan aliran-aliran menyim-pang lainnya.
Masing-masing aliran keagamaan ini memandang bahwa aliran dan kelompok
merekalah yang paling benar, sementara kelompok selain mereka adalah kelompok
sesat. Dan untuk membenarkan ajaran mereka, merekapun mengadopsi dalil-dalil
dari Al-Qur’an dan As-Sunnah kemudian mencocokkannya dengan pemikiran dan hawa
nafsu mereka, yang sesuai dengan hawa nafsu mereka mereka ambil, sementara yang
bertentangan dengan hawa nafsu mereka, mereka campakkan dan mereka singkirkan
jauh-jauh.
Fitnah syubhat yang kedua adalah
fitnah syubhat dalam bidang ibadah. Fitnah itu tidak kalah bahayanya
dibandingkan dengan fitnah yang pertama, karena fitnah ini akan menjerumuskan
pelakunya ke jurang kesesatan. Pengertian fitnah syubhat dalam bidang ibadah
adalah melakukan bentuk-bentuk ibadah tertentu yang sebenarnya tidak ada
tuntunannya dari Rasulullah n lalu menyatakan bahwa hal itu adalah sunnah.
Ringkasnya, fitnah syubhat dalam bidang ibadah ini adalah bid’ah.
Oleh karenanya, fitnah syubhat
dalam bentuk ini lebih disukai oleh iblis dari pada perbuatan maksiat yang dilakukan
oleh seseorang. Sebagaimana diungkapkan oleh Sufyan Ats-Tsaury :
اَلْبِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيْسَ مِنَ
الْمَعْصِيَةِ. اَلْمَعْصِيَةُ يُتَابُ مِنْهَا وَالْبِدْعَةُ لاَ يُتَابُ
مِنْهَا. (شرح أصول الاعتقاد للالكائي 1/132).
Memang, lantaran pelakunya merasa tidak bersalah, maka otomatis ia merasa tidak perlu untuk bertaubat darinya. Bahkan justru sebaliknya, ia akan tetap melaksanakan amalan tersebut terus menerus, berangkat dari keyakinannya akan kebenaran amalan tersebut.
Dan satu hal yang perlu kita ingat, bahwa semakin seseorang itu bersungguh-sungguh dalam melaksanakan amalan yang bid’ah tersebut, maka Allah akan semakin jauh darinya. Hal ini dituturkan oleh seorang ulama salaf yang bernama Ayub As-Sikhtiyani beliau berkata:
مَا ازْدَادَ صَاحِبُ بِدْعَةٍ اِجْتِهَادًا
إِلاَّ ازْدَادَ مِنَ اللهِ بُعْدًا. (الأمر بالاتباع والنهي عن الابتداع، للأمام
السيوطي: 66).
“Tidaklah seseorang yang melakukan bid’ah
semakin bersungguh-sungguh dalam melaksanakan kebid’ahannya melain-kan ia akan
semakin jauh dari Allah.” (Al-Amru bil Ittiba’ wan Nahyu ’anil Ibtida’, Imam
As-Suyuthi: 66). Walhasil, bid’ah adalah fitnah syubhat yang harus kita hindari agar ibadah kita kepada Allah benar-benar murni dan bersih dari noda-noda yang mengotorinya, karena semua jenis bid’ah dalam dien adalah sesat meskipun menurut pandangan kita adalah baik. Dalam hal ini Abdullah bin Umar berkata:
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَإِنْ رَآهَا
النَّاسُ حَسَنَةً. (المدخل إلى السنن الكبرى للبيهقي رقم 191).
Adapun jenis fitnah yang kedua adalah: fitnah syahwat.
Pengertiannya adalah segala perbuatan yang dapat mengikis, menggerogoti dan melemahkan iman seseorang yang berasal dari hawa nafsu. Nama lain dari fitnah itu adalah maksiat.
Fitnah ini juga amat berbahaya, lantaran dapat merusak iman seseorang. Karena menurut aqidah dan keyakinan yang telah menjadi kesepakatan ulama Ahlu Sunnah wal Jama’ah seperti yang dituturkan oleh Imam Al-Bukhari, Imam Ahmad dan lain-lainnya, bahwa iman itu bertambah dan berkurang, bertambah karena melaksanakan ketaatan dan berkurang lantaran melakukan kemaksiatan.
Oleh karenanya, para salaf mengajak kita untuk berhati-hati terhadap hal ini, sebagaimana nasehat mereka yang patut untuk kita renungkan.
اِحْذَرُوْا مِنَ النَّاسِ صِنْفَيْنِ: صَاحِبَ
هَوًى قَدْ فَتَنَهُ هَوَاهُ وَصَاحِبَ دُنْيَا أَعْمَتْهُ دُنْيَاهُ. (إغاثة
اللهفان، لابن القيم الجوزية، 2/586).
Orang yang terkena fitnah syahwat cenderung malas untuk beribadah, bahkan dalam kondisi imannya yang kritis ia tidak segan-segan untuk meninggalkan perintah Allah dan melanggar laranganNya. Terkadang ia sadar bahwa apa yang dilakukannya itu salah, namun karena bisikan dan dorongan hawa nafsunya lebih kuat, maka hal itu menjadikannya merasa ringan untuk mengabaikan perintah Allah, melalaikan kewajiban yang semestinya ia lakukan dan melanggar larangan yang sepatutnya ia jauhi.
Fitnah syahwat ini bermacam-macam bentuk dan jenisnya, di antaranya sebagaimana yang disebutkan Allah dalam firmanNya:
“Dijadikan indah bagi manusia kecintaan kepada syahwat (apa-apa yang diingini) berupa wanita, anak-anak, harta kekayaan yang berlimpah dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (Surga).” (Ali Imran: 14).
Janganlah kita terpedaya oleh hal-hal tersebut di atas, namun upayakanlah agar keberadaan mereka tidak melalaikan kita dari mengingat Allah bahkan sebagai pendorong untuk lebih meningkatkan prestasi ibadah yang kita lakukan.
Marilah kita raih predikat orang-orang yang telah Allah sebutkan dalam firmanNya:
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari berdzikir kepada Allah, mengerjakan shalat dan dari membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (pada hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (An-Nur: 37).
Orang yang bijak adalah orang yang mampu mengekang dan menundukkan hawa nafsunya dan beramal shalih sebanyak-banyaknya untuk menghadapi hari pertemuan dengan Allah. Ia sadar bahwa hidup di dunia ini adalah sementara, sedangkan kehidupan yang kekal adalah kehidupan di akhirat kelak. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
اَلْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ
لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى
عَلَى اللهِ اْلأَمَانِي. (رواه الترمذي).
“Orang yang bijak adalah orang
yang mampu menundukkan hawa nafsunya, mengintrospeksi dirinya dan beramal untuk
menjadi bekal setelah matinya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang
menuruti hawa nafsunya lalu berangan-angan agar Allah (mengampuni
dosa-dosanya).” (HR.Ahmad At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, Shahih).
Demikianlah uraian tentang bahaya fitnah syubhat dan syahwat. Dan sebelum khutbah ini saya akhiri, ketahuilah bahwa Allah telah memberitahukan kepada kita jalan keluar agar kita bisa terbebas dari kedua fitnah ini.
Demikianlah uraian tentang bahaya fitnah syubhat dan syahwat. Dan sebelum khutbah ini saya akhiri, ketahuilah bahwa Allah telah memberitahukan kepada kita jalan keluar agar kita bisa terbebas dari kedua fitnah ini.
Oleh. Abu Umair,BA.
0 Response to "KENALI FITNAH SYAHWAT DAN SUBHAT"
Posting Komentar