Konsep
dalam mendidikan anak sangat banyak kita jumpai dalam teori yang ada, penulis
tawarkan beberapa langkah dalam mendidik dan mentarbiyah untuk menjadikan anak kita
menjadi anak yang sholeh dan sholehah;
1.
Perbaiki Diri
(Orang Tua)
Kunci
dari segala sesuatu adalah berawal dari diri kita sendiri. Baik dan buruknya anak
bisa dilihat bagaimana orang tua, karena mereka akan mengambil suri tauladan
yang pertama dari kedua orang tua,
sedangkan anak lebih cenderung untuk mengikuti semua kebiasaan-kebiasaan
orang tua yang ada di rumah,
karakteristik anak laki-laki lebih dekat dengan ayahnya, sedangkan anak perempuan lebih dekat dengan
ibunya. Oleh karena itu, untuk melahirkan anak yang sholeh dan sholehah
berawal dari diri kita sendiri. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً
Artinya : “ Wahai
orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (Q.S
At-Tahrim : 6)
Ayat yang mulia ini mengandung dua informasi
besar. Pertama, gambaran bahwa penjagaan pertama kali terhadap diri sendiri
sebelum ke orang yang sebelum ke orang lain. Kedua, menggambarkan bahwa awal
perbaikan diawali dari kita diri kita sendiri, baru kemudian keluarga, kerabat,
tetangga, dan orang orang yang disekitar kita. Dan bagian perbaikan diri untuk
melahirkan generasi yang akan datang adalah dengan mengevaluasi dan muhasabah,
serta menjadikan figur orang tua yang patut untuk diikuti dan diteladani
sepanjang masa.
2.
Memilih Calon Ibu
yang Baik
Menjadi hal yang lazim bahwa calon
ibu atau istri memiliki pengaruh yang sangat besar terbangunnya anak sholeh dan
sholehah, karena berawal dari mereka anak-anak kita akan ditarbiyah, dididik. Melalui
mereka pengawasan anak kita akan terkontrol,
sehingga peran seorang istri sangat fundamental untuk mencetak generasi,
menjadi keturunan yang bisa menjadi kebanggaan agama, orang tua, nusa dan
bangsa.
Pilihan agama menjadi solusi utama
untuk memilih calon ibu bagi anak-anak kita, karena Nabi shalallahu alaihi
wassalam pernah merekomendasikan dan memuji pentingnya untuk memilih calon
ibu dengan menimbang kualitas agamanya,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " تُنْكَحُ المَرْأَ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا
وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ، تَرِبَتْ يَدَاكَ
Dari Abu Hurairah rodiyallahu anhu dari Nabi shollahu
alaihi wassalam bersabda : wanita dinikahi atas empat hal, karena hartanya,
nasabnya, kecantikanya, dan Agamanya, pilihlah Agamanya niscahnya kamu
beruntung.” (HR. Bukhori 5090, Muslim 1466, Abu Dawud 2034).
Memilih
istri dengan melihat agamanya adalah bagian untuk melahirkan anak-anak yang
sholeh dan sholehah. Nabi Muhammad shollahu alaihi wassalam senantiasa
memuji seorang wanita yang sholehah, Hadits dari Ibnu Abbas rodiyallahu
anhuma,
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِ مَا يُكْنَزُ؟ الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ إِذَا
نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ، وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ، وَإِذَا غَابَ عَنْهَا
حَفِظَتْهُ
Artinya “Maukah aku kabarkan kepada kalian simpanan
yang paling berharga? dialah wanita sholehah, apabila dilihat ia menyenangkan,
jika diperintah dia patuh, dan apabila suami pergi maka ia menjaga (kehormatan)nya.”
(HR. Al-Hakim dalam mustadzrok 2/363).
Ini bukti bahwa
mencari seorang ibu untuk anak-anak adalah bagian daripada upaya untuk melahirkan
generasi yang robbani.
3.
Memberikan Nama
yang Baik
Termasuk diantara kewajiban orang tua
adalah memberikan nama yang terbaik karena nama adalah doa, sebagaimana dalam Hadis Nabi Muhammad shollahu
alaihi wassalam pernah bersabda, dari Sahabat Abu Darda’ rodiyallahu
anhu;
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «إِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِكُمْ، وَأَسْمَاءِ
آبَائِكُمْ، فَأَحْسِنُوا أَسْمَاءَكُمْ
Dari Abu Darda’ rodiyallahu
anhu berkata, Rasullah shollahu alaihi wassalam bersabda: Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari
kiamat dengan nama-nama kalian, dan nama ayah kalian, maka perindahlah nama
kalian.” (HR. Abu Dawud 4948, Musnad Imam Ahmad 23/27 21693).
Pernah
suatu ketika bunda Aisyah rodiyahullahu anha mengisahkan bahwa, Nabi
Muhammad sholallahu’alaihi wassalam
mengganti nama seseorang yang jelek menjadi nama yang baik, seperti Abdul Ka’bah
menjadi Abdurrahman, yang kita kenal dengan Abdurrahman bin Auf rodiyallahu
anhu. (Ibnu Abdil Bar dalam al-istiab 442-443, dan Tahdzibul
Kamal 17/324).
Sedangkan
nama yang paling istimewa dan nama yang paling dicintai oleh Allah subhanahu
wa ta’ala adalah Abdullah dan Abdurrahman,
sebagaimana penjelasan dari Nabi shollahu alaihi wassalam,
عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:إِنَّ
أَحَبَّ أَسْمَائِكُمْ إِلَى اللهِ عَبْدُ اللهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ
Dari
Abdullah bin Umar rodiyallahu anhu, Rasulullah shollahu alaihi
wassalam bersabda, Sesungguhnya nama yang paling dicintai oleh Allah adalah
Abdullah dan Abdurrahman.” (HR. Muslim 2132, Tirmidzi 2839).
Ini
mengisyaratkan, bahwa pemberian nama kepada putra putri kita adalah bagian
daripada upaya untuk menjadikan mereka sebagai anak yang sholeh dan sholehah,
dengan harapan mendatangkan kebaikan untuk masa yang akan datang serta menjadi
generasi harapan Agama.
4. Mengenalkan Kalimat Tauhid
Hendaknya pertama kali yang
dikenalkan orang tua kepada anaknya adalah kalimat tauhid, yakni mengesakan
Allah subhanahu wa ta’ala karena dengannya kita hidup, karena dengannya
kita bisa medapatkan kenikmatan di dunia dan di akherat. Maka, mengajarkan
tentang ilmu tauhid sejak di usia dini adalah bagian dari pendidikan
karakter. Sebagaimana dalam sebuah hadits,
dari jalur Ibnu Abbas rodiyallahu anhuma, Nabi shollahu alaihi
wassalam bersabda:
عَنْ
ابْنِ عَبَّاسٍ : عَنِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلّمَ قَال :
افْتَحُوْا
عَلى صِبْيَانِكُمْ أَوَّل كَلِمَة بِلاَ إلَهَ إلاَّ الله وَ لَقِّنُوْهُمْ عِنْدَ
الْمَوْتِ لاَ إلَهَ إِلاَّ الله
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma,
dari Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, sampaikan kepada anak-anak
kalian kalimat yang paling pertama yaitu laa ilaaha illallah (tiada
Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah), dan talkinlah (ajari) mereka
dengan kalimat laa ilaaha illallah (tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali
Allah) sebelum meninggal.” (HR. Al-Baihaqi dalam Al-Jami’ Li Syu’batil
Iman 11/128, 8282, dan Al-Hakim dalam al-mustadrok).
Senantiasa kalimat ini kita ulang
berkali-kali untuk diperdengarkan di telinga anak-anak kita, agar terpatri
dalam dadanya, dan memiliki Aqidah yang benar yang selalu akan mengantarkan
untuk menjadi pribadi-pribadi yang baik dan sholeh.
Peran seorang ibu sangat besar
sekali karena ia akan menjaga anaknya 24 jam bisa bermain dengan mereka serta
mengajarkan kalimat-kalimat thoyibah.
Dikenalkan di usia dini tentang Allah subhanahu wa ta’ala dan
juga tentang Rasul-Nya shalallahu alaihi wassalam, dan meneladani generasi awal dari sahabat Nabi
shollahu alahi wassalam.
5.
Membiasakan
dengan Akhlaq yang Baik
Membangun kepribadian yang baik serta terbiasa
dengan akhlaqul karima dibutuhkan kebiasaan dari kedua orang tua. Orang tua memiliki peran yang sangat penting
untuk merubah kebiasaan anak-anaknya. Ketika mereka masih di usia dini, anak
akan mempraktekkan dan melakukan apa saja yang meraka lihat disekitarnya.
Kondisi orang tua akan sangat berpengaruh untuk perkembangan akhlaq mereka.
Jika orang tua terbiasa dengan akhlaq tercela, baik dari lisan maupun perbuatan
maka akan berdampak kepada putra putrinya di harinya akan datang.
Oleh karenanya pentingnya orang tua untuk
senantiasa membiasakan dengan akhlak yang terpuji dengan sifat yang baik,
karena itu akan diingat oleh anak-anak sepanjang masa, Sebagaimana Nabi
Muhammad sholallahu’alaihi wasalam pernah mengajarkan kepada Umar bin
Abi Salamah, dan Umar bin Abi Salamah bercerita;
Dulu
waktu saya kecil dalam tarbiyyah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam
dan waktu itu saya sedang makan, seraya
beliau shollahu alaihi wassalam berkata kepadaku: wahai anak kecil sebutlah nama Allah,
makanlah dengan tangan kanan, dan makanlah apa yang dekat denganmu. Kemudian setelah itu saya senantiasa makan
sebagaimana yang dikatakan Nabi shollahu alaihi wassalam.” (HR. Bukhori
5376, Muslim 2022, Ahmad 26/252).
Dalam Hadits yang mulia ini mengisyaratkan
bahwa pendidikan di usia dini dengan memberikan contoh secara langsung
memberikan dampak yang sangat luar biasa besar, dan akan selalu diingat oleh
anak tersebut, bahkan menjadi kebiasaan dalam kehidupannya, sebagaimana Umar
bin Abi Salamah yang tergiang dalam
benak beliau ketika Nabi memberikan nasehat kepadanya, dan setelah itu Umar bin
Abi Salamah tidak melakukan perbuatan tersebut.
Jika ingin membaca Part 1 silakan Klik
Nantikan Part 3nya yaa ..
Yogykarta, 20 Juli 2018
Oleh : Abu Umair, BA.,S. Pd.I., M.Pd
0 Response to "PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM. Part 2"
Posting Komentar